
Tetapi, ternyata mediapun punya keterbatasan. Masih banyak perempuan yang tidak bersentuhan dengan media. Mereka menjalani hidup dengan nalurinya, dengan kepasrahannya,dengan inner beautynya, dengan kekuatannya sendiri tanpa mampu berbagi dengan pakar-pakar yang disediakan gratis oleh media untuk sharing.
Aku bersentuhan dengan beberapa teman, yang juga seorang ibu harus berjuang sendiri untuk hidupnya dan anak-anaknya. Mereka tidak curhat ke media,mereka hanya mampu bercerita syukur-syukur ada jalan keluar itupun sudah sedikit melegakan untuk bisa melangkah lagi, terseok-seok mengatasi perasaannya, mengelola emosinya , mengais rejeki untuk anak-anaknya supaya bisa terus menjalani kehidupan.
Miris memang kalau mendengar cerita, suami mereka tiba-tiba pergi dengan perempuan lain, tanpa bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dan pendidikan anak-anaknya, atau tiba-tiba meninggal. Sebelumnya mereka tidak mempunyai pekerjaan atau istilahnya mereka tidak pegang uang. Memang tidak semua harus diselesaikan dengan uang tapi tidak dipungkiri khan.. kalau uang itu juga dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan pendidikan anak-anak mereka. Belum lagi banyak persoalan-persoalan sampingan yang mempengaruhi emosi ketika tiba-tiba mereka dipaksa untuk berjuang sendiri. Oooh.. kenapa dulu tidak mendidik anak mandiri sejak dini, kenapa dulu tidak berpikir untuk selalu kreatif di rumah.. dan masih banyak lagi pernyataan “Oooh.. Kenapa..” lainnya. Aku menangis ... dan selalu ikut menangis bersama mereka, sambil memberi sedikit motivasi bahwa mereka bisa, bisa dan bisa... pasti ada jalan keluar.. dan itu pasti. Allah pasti memberi rejeki pada setiap makhluknya yang masih harus menjalani kehidupan. Bahkan ketika aku sendiri dalam keadaan rapuh sekalipun, aku selalu dipaksa Tuhan untuk melihat,ada yang lebih rapuh dari aku, so.. aku nggak boleh sedikitpun ber putus asa... jadi ingat kata-kata Debby temanku “ Hidup itu terlalu Indah, untuk berputus asa, menyalahkan diri sendiri dan tidak memaafkan kesalahan sendiri”
Please my dear friend.... jangan hanya berpikir menjadi pekerja. Tapi berpikirlah untuk bisa bekerja. Mengubah jiwa pekerja menjadi jiwa kewirausahaan itu memang sulit, tapi itu harus dipaksakan dengan berkeyakinan hanya Tuhan yang memberi kita rejeki bukan perusahaan, bukan juga bos. Bersyukur aku dibesarkan oleh orang tua yang berjiwa wirausaha sangat kental. Papa usaha bengkel yang tangguh,Mamaku sanggup tidak tidur dimalam hari untuk membuat kue dan makanan katering. Beliau bukan hanya bisa menambah penghasilan keluarga tapi Beliau juga bisa mengangkat martabat asistennya. Yuk asisten mama, bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Alhamdulillah mulai SMP, aku juga diajari mama untuk bekerja walaupun Cuma bantu menakar mentega, tepung dan nguleni hehehehe...
Selamat hari Ibu.... buat Mamaku, Teman-teman Perempuanku dimanapun anda dan aku yang juga seorang ibu.
Komentar
Posting Komentar