Ada 3 Hal yang tidk bisa kembali yaitu Waktu, Kata-kata, dan
Kesempatan. Aku pikir ketiga hal tersebut sangat berkaitan. Aku ingin menulis
ini karena kepalaku sudah penuh dengan beberapa kejadian yang aku dengar dan
aku lihat. Di tulisan ini aku fokus ke perempuan yang katanya diberikan Allah
sifat kelembutan. Waktu aku dan Suami jalan , beberapa kali kami menemukan
seorang perempuan muda yang berkata-kata kasar dan menghujat (Jawa = Misuh).
Kemudian suamiku berdoa seketika itu juga “ Ya Allah.. mudah-mudahan
Anak-anakku mendapatkan pasangan /istri yang bener dan santun” Tentu saja aku
langsung meng-Amiin kan. Setelah itu aku melihat tayangan film dan salah satu
scene dari film itu adalah obrolan seorang ibu dan anak laki-lakinya “ Wes tho
Le (panggilan jawa utk anak laki-laki), lebih baik kamu putuskan saja pacarmu
itu mumpung belum menikah, Ibu khawatir dengan punya istri sekeras dia, kamu
nggak bisa jadi Kepala Rumah Tangga yang tegas. Jangan-jangan nanti kamu
disuruh nyuci,setrika,belanja ... lha wong kodrat kok dibolak balik”. Hmmm...
miris rasanya aku. Seketika itu juga di kepalaku
beredar banyak kejadian yang pernah aku dengar dan aku lihat, walaupun sampai
saat ini aku masih meyakini bahwa kodrat perempuan adalah sesuatu yang
diberikan Tuhan yang tidak bisa dilakukan Laki-laki seperti Menstruasi,
Mengandung, Melahirkan, Menyusui. Tapi kegiatan nyuci, setrika , belanja itu
adalah kewajiban (laki-laki dan perempuan) juga perempuan yang sudah berumah tangga ketika sang suami juga
sudah melaksanakan kewajibannya mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Dan kita
semua tahu kalo kita nggak boleh menuntut HAK sebelum menunaikan Kewajiban.
Bahkan ada yang bilang yang paling penting adalah sudah melaksanakan “KEWAJIBAN”
persoalan Hak itu adalah urusan Tuhan.
Anak kami dua dan semuanya laki-laki,
tentu setiap orang tua setuju kalau anak laki-lakinya mendapatkan istri yang
baik, santun dan menghargai suaminya. Karena memang sekarang ini banyak
perempuan yang seakan-akan hilang kelembutannya dengan bangganya , mereka
mengeluarkan kata-kata makian untuk temannya. Jadi bagaimana nanti ketika dia
sudah punya suami dan anak-anak?? Kenapa
seakan-akan Bangga dengan melontar kata-kata yang tidak baik?? Bahkan di
Jejearing sosialpun pernah aku temui perempuan yang memaki/misuhi seseorang yang
ditulis di statusnya. Bukankah itu malah menunjukkan keburukannya sendiri di
depan publik ? Kenapa seluruh dunia harus tahu tentang keburukannya yang
seharusnya bisa disimpan untuk pelan-pelan dihapus?? Saya seorang perempuan “SURABAYA”
dan katanya kota yang terkenal dengan kata-katanya yang kasar. Tapi saya pribadi risih untuk ikut mengucapkan
kata-kata kasar. Buatku , kata-kata kasar itu cuma bisa menyakiti seseorang
aja. Semoga kita semua bisa mengendalikan diri dengan tidak mengeluarkan kata-kata
yang menyakitkan untuk siapapun, terlebih untuk orang-orang yang katanya kita
sayangi dan kita cintai. Karena kata-kata tidak pernah bisa dihapus, Waktu
nggak akan bisa dikembalikan supaya orang yang tersakiti bisa kembali 100%
mempercayai kita. Dan Kesempatan memperbaiki hanya ada saat ini, yang bisa kita
gunakan untuk memperbaiki diri dan anak-anak kita. Semoga kita semua diberikan
TUHAN, kekuatan diberikan Kesabaran dan Keikhlasan untuk melakukan itu
semua.... Amiin Yaa Robbal Alamin.
Komentar
Posting Komentar